Rahasia Perawatan Burung Kicauan, untuk merawat burung kicauan yang diperlukan adalah kesabaran dan "menikmati" dalam merawat burung kicauan tersebut, dan kunci sukses dalam merawat burung kicauan adalah "Konsisten", setelah sekian lama saya tidak update post pada blog ini ahirnya pada hari ini saya bisa update lagi dan kali ini tentang “Budidaya Jangkrik untuk Perawatan Burung Kicauan", jika anda dalam merawat burung bekicau, yang harus anda lakukan adalah konsisten dalam pola rawatan harian burung anda, jangan anda setengah-setengah dalam merawat burung kicauan, karena bisa saja burung yang tadinya bagus bisa membisu tanpa kata karena rawatan yang salah, dan jika anda mempunyai pekarangan dirumah yang cukup luas tidak ada salahnya jika anda membuat sendiri tempat untuk membudidayakan makanan burung kicau anda yaitu jangkrik.
1. Penyiapan Sarana dan Peralatan kandang jangkrik
Karena jangkrik biasa melakukan kegiatan diwaktu malam hari, maka kandang jangkrik jangan diletakkan dibawah sinar matahari, jadi letakkan ditempat yang teduh dan gelap. Untuk menjaga kondisi kandang yang mendekati habitatnya, maka dinding kandang diolesi dengan lumpur sawah dan diberikan daun-daun kering seperti daun pisang, daun timbul, daun sukun dan daun-daun lainnya untuk tempat persembunyian disamping untuk menghindari dari sifat kanibalisme dari jangkrik. Dinding atas kandang bagian dalam sebaiknya dilapisi lakban keliling agar jangkrik tidak merayap naik sampai keluar kandang. Disalah satu sisi dinding kandang dibuat lubang yang ditutup kasa untuk memberikan sirkulasi udara yang baik dan untuk menjaga kelembapan kandang. Untuk ukuran kotak pemeliharaan jangkrik, tidak ada ukuran yang baku. Yang penting sesuai dengan kebutuhan untuk jumlah populasi jangkrik tiap kandang. Kandang jangkrik biasanya berbentuk persegi panjang dengan ketinggian 30-50 cm, lebar 60-100 cm sedangkan panjangnya 120-200 cm. Kotak (kandang) dapat dibuat dari kayu dengan rangka kaso, namun untuk mengirit biaya, maka dinding kandang dapat dibuat dari triplek. Kandang biasanya dibuat bersusun, dan kandang paling bawah mempunyai minimal empat kaki penyangga. Untuk menghindari gangguan binatang seperti semut, tikus, cecak dan serangga lainnya, maka keempat kaki kandang dialasi mangkuk yang berisi air, minyak tanah atau juga vaseline (gemuk) yang dilumurkan ditiap kaki penyangga.
2. Cara Pembibitan
Bibit jangkrik yang diperlukan untuk dibesarkan haruslah yang sehat, tidak sakit, tidak cacat (sungut atau kaki patah) dan umurnya sekitar 10-20 hari. Calon induk jangkrik yang baik adalah jangkrik-jangkrik yang berasal dari tangkapan alam bebas, karena biasanya memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik. Kalaupun induk betina tidak dapat dari hasil tangkapan alam bebas, maka induk dapat dibeli dari peternakan. Sedangkan induk jantan diusahakan dari alam bebas, karena lebih agresif.
Adapun ciri-ciri indukan jangkrik , induk betina, dan induk jantan seperti berikut:
1. Indukan betina jangkrik sungutnya (antena) masih panjang dan lengkap dengan kedua kaki belakangnya masih lengkap sehingga bisa melompat dengan tangkas, gesit dan kelihatan sehat. Badan dan bulu jangkrik berwarna hitam mengkilap. Sebaiknya pilihlah induk yang besar dangan memilih jangkrik yang mengeluarkan zat cair dari mulut dan duburnya apabila dipegang.
2. Induk jantan Jangkrikselalu mengeluarkan suara mengerik dengan permukaan sayap atau punggung kasar dan bergelombang. Tidak mempunyai ovipositor di ekor. Perawatan jangkrik yang sudah dikeluarkan dari kotak penetasan berumur 10 hari harus benar-benar diperhatikan dan dikontrol makanannya, karena pertumbuhannya sangat pesat. Sehingga kalau makanannya kurang, maka anakan jangkrik akan menjadi kanibal memakan anakan yang lemah. Selain itu perlu juga dikontrol kelembapan udara serta binatang pengganggu, yaitu, semut, tikus, cicak, kecoa dan laba-laba. Untuk mengurangi sifat kanibal dari jangkrik, maka makanan jangan sampai kurang. Makanan yang biasa diberikan antara lain ubi, singkong, sayuran dan dedaunan serta diberikan bergantian setiap hari. Sampai saat ini pembiakan Jangkrik yang dikenal adalah dengan mengawinkan induk jantan dan induk betina, sedangkan untuk bertelur ada yang alami dan ada juga dengan cara caesar. Namun risiko dengan cara caesar induk betinanya besar kemungkinannya mati dan telur yang diperoleh tidak merata tuanya sehingga daya tetasnya rendah. Induk dapat memproduksi telur yang daya tetasnya tinggi ± 80-90 % apabila diberikan makanan yang bergizi tinggi. Setiap peternak mempunyai ramuan-ramuan yang khusus diberikan pada induk jangkrik antara lain: bekatul jagung, ketan item, tepung ikan, kuning telur bebek, kalk dan kadang-kadang ditambah dengan vitamin. Jangkrik biasanya meletakkan telurnya dipasir atau tanah. Jadi didalam kandang khusus peneluran disiapkan media pasir yang dimasukkan dipiring kecil. Perbandingan antara betina dan jantan 10 : 2, agar didapat telur yang daya tetasnya tinggi. Apabila jangkrik sudah selesai bertelur sekitar 5 hari, maka telur dipisahkan dari induknya agar tidak dimakan induknya kemudian kandang bagiab dalam disemprot dengan larutan antibiotik (cotrymoxale).Dalam satu kandang cukup dimasukkan 1-2 sendok teh telur dimana satu sendok teh telur diperkirakan berkisar antara 1.500-2.000 butir telur. Selama proses ini berlangsung warna telur akan berubah warna dari bening sampai kelihatan keruh. Kelembaban telur harus dijaga dengan menyemprot telur setiap hari dan telur harus dibulak-balik agar jangan sampai berjamur. Telur akan menetas merata sekitar 4-6 hari.
3. Pemeliharaan Jangkrik
Seperti telah dijelaskan diatas bahwa dalam pengelolaan peternakan jangkrik ini sanitasi merupakan masalah yang sangat penting. Untuk menghindari adanya zat-zat atau racun yang terdapat pada bahan kandang, maka sebelum jangkrik dimasukkan kedalam kandang, ada baiknya kandang dibersihkan terlebih dahulu dan diolesi lumpur sawah. Untuk mencegah gangguan hama, maka kandang diberi kaki dan setiap kaki masing-masing dimasukkan kedalam kaleng yang berisi air. Perawatan jangkrik disamping kondisi kandang yang harus diusahakan sama dengan habitat aslinya, yaitu lembab dan gelap, maka yang tidak kalah pentingnya adalah gizi yang cukup agar tidak saling makan (kanibal).